Albani Tobat Dari Kesesatan Aqidah Tajsim dan Tasybih

Seperti yang telah masyhur di kalangan Wahhabi Salafy, bahwa Keberadaan Allah itu “Bersemayam diatas ‘Arasy” dalam arti Allah menempati ‘ArasyNya atau menetap, atau duduk, atau tinggal diatas ‘Arasy.

Dan Bahkan dalam kesempatan lain sering mereka meManipulasi Fatwa-fatwa ‘Ulama untuk menyokong akidah rusaknya, bahwa yang di maksud atas itu adalah sebagaimana arah atas yang bisa ditunjuk dengan jari, mereka sangat terkenal mengabaikan Penjelasan Para Mufassir Mengenahi Al ‘Aliyyu .

Namun ketika anda membaca dan mempelajari lebih lanjut di salah satu KITAB KARYA TOKOH WAHABI atau ‘Ulama faforitnya, ada saja sebuah pernyataan yang jauh bertolak belakang dengan apa yang umum beredar di kalangan mereka.

Kali ini Anda akan kami bawa untuk menelusuri sikap dan pernyataan kesesatan al albani yang menyatakan Allah wujud tanpa arah dan tempat, yang mana kepercayaan seperti ini menurut para salafi adalah sebuah kesesatan yang nyata, sebab menurut mereka orang yang menyatakan Allah wujud tanpa tempat adalah orang yang menyalahi teks teks suci yaitu Al Quran dan Hadits yang sahih, klaim mereka “Allah bersemayam di atas ‘Arasy” adalah sebuah tolak ukur keimanan seorang Muslim.

Mari kita simak Kesesatan  MUHADDITS HANDAL IMAM NASHIRUDDIN AL ALBANI sebab  menyatakan Allah Wujud tanpa tempat dan arah, dalam karya monumental seorang ‘Ulama  yang Beliau Tahqiq sendiri yaitu Kitab “Muhtashor Al ‘Uluwwu”



إذا أحطت علما بكل ما سبق استطعت بإذن الله تعالى أن تفهم بيسر من الآيات القرآنية والأحاديث النبوية والآثار السلفية التي ساقها المؤلف رحمه الله في هذا الكتاب الذي بين يديك (مختصره) أن المراد منها إنما هو معنى معروف ثابت لائق به تعالى ألا وهو علوه سبحانه على خلقه واستواؤه على عرشه على ما يليق بعظمته وأنه مع ذلك ليس في جهة ولا مكان.

“Jika (penjelasan) yang lewat telah kamu ketahui, maka dengan izin Allah, dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi serta atsar-atsar kalangan salaf yang telah dicantumkan oleh pengarang (al-Dzahabi) -rahimahullah- di dalam kitab ini yang di depanmu ini, maka kamu akan dengan mudah memahami bahwa yang dimaksud dari (teks-teks) itu adalah sebuah makna yang tsâbit dan dapat diketahui, serta yang layak bagi Allah ta‘âlâ. -Makna itu adalah- bahwa tinggi dan istiwâ’-Nya atas ‘arasy adalah berdasarkan yang layak untuk keagungan-Nya. Sementara dengan hal itu, Dia tiada berjihat (arah) dan tiada bertempat”.

Nah beranikah Para Laskar Wahabi menuduh sesat Muhaddits pujaannya sebab pernyataan Beliau “Allah wujud tanpa tempat dan arah” ???
Allahu A‘lam…